Kamis, 19 November 2009

Gairah Sahabatku

Namaku
Andhika, aku seorang siswa Kelas 1 di SMU yang cukup top di kota
Makassar. Pada hari itu aku ingin mengambil tugas kimia di rumah salah
satu teman cewekku, sebut saja Rina. Di sana kebetulan aku ketemu
sahabat Rina. Kemudian kami pun berkenalan, namanya Laura, orangnya
cukup cantik, manis, putih dan bodinya sudah seperti anak kelas 3 SMU,
padahal dia baru kelas 3 SMP. Pakaian sekolahnya yang putih dan agak
kekecilan makin menambah kesan payudaranya menjadi lebih besar. Ukuran
payudaranya mungkin ukuran 32B karena seakan akan baju seragam SMP-nya
itu sudah tidak mampu membendung tekanan dari gundukan gunung kembar
itu.


Kami saling diam, hanya aku sedang mengamati dadanya dan pantatnya
yang begitu montok. Wah serasa di langit ke-7 kali kalau aku bisa
menikmati tubuh cewek ini, pikirku. Terkadang mata kami bertemu dan
bukannya ke GR-an tapi aku rasa cewek ini juga punya perasaan
terhadapku. Setelah satu jam berada di rumah Rina, aku pun berpamitan
kepada Rina tetapi dia menahanku dan memintaku mengantarkan Laura
pulang karena rumahnya agak jauh dan sudah agak sore dan kebetulan aku
sedang bawa "Kijang Rangga" milik bapakku.


Akhirnya aku menyetujuinya hitung-hitung ini kesempatan untuk
mendekati Laura. Setelah beberapa lama terdiam aku mengawali
pembicaraan dengan menanyakan, "Apa tidak ada yang marah kalau aku
antar cuma berdua, entar pacar kamu marah lagi..?" pancingku. Dia cuma
tertawa kecil dan berkata, "Aku belum punya pacar kok." Secara perlahan
tangan kiriku mulai menggerayang mencoba memegang tangannya yang berada
di atas paha yang dibalut rok SMP-nya. Dia memindahkan tangannya dan
tinggallah tanganku dengan pahanya. Tanpa menolak tanganku mulai
menjelajah, lalu tiba-tiba dia mengangkat tanganku dari pahanya, "Awas
Andhi, liat jalan dong! entar kecelakan lagi.." dengan nada sedikit
malu aku hanya berkata, "Oh iya sorry, habis enak sih," candaku, lalu
dia tersenyum kecil seakan menyetujui tindakanku tadi. Lalu aku pun
membawa mobil ke tempat yang gelap karena kebetulan sudah mulai malam,
"Loh kok ke sini sih?" protes Laura. Sambil mematikan mesin mobil aku
hanya berkata,

"Boleh tidak aku cium bibir kamu?"

Dengan nada malu dia menjawab,

"Ahh tidak tau ahh, aku belum pernah gituan."

"Ah tenang aja, nanti aku ajari," seraya langsung melumat bibir mungilnya.


Dia pun mulai menikmatinya, setelah hampir lima menit kami
melakukan permainan lidah itu. Sambil memindahkan posisiku dari tempat
duduk sopir ke samping sopir dengan posisi agak terbungkuk kami terus
melakukan permainan lidah itu, sementara itu dia tetap dalam posisi
duduk. Lalu sambil melumat bibirnya aku menyetel tempat duduk Laura
sehingga posisinya berbaring dan tanganku pun mulai mempermainkan
payudaranya yang sudah agak besar, dia pun mendesah, "Ahh, pelan-pelan
Andhi sakit nih.." Kelamaan dia pun mulai menyukaiku cara mempermainkan
kedua payudaranya yang masih dibungkus seragam SMP.


Mulutku pun mulai menurun mengitari lehernya yang jenjang sementara
tanganku mulai membuka kancing baju seragam dan langsung menerkam
dadanya yang masih terbungkus dengan "minishet" tipis serasa "minishet"
bergambar beruang itu menambah gairahku dan langsung memindahkan
mulutku ke dadanya.

"Lepas dulu dong 'minishet'-nya, nanti basah?" desahnya kecil.
"Ah tidak papa kok, entar lagi," sambil mulai membuka kancing
"minishet", dan mulai melumat puting payudara Laura yang sekarang
sedang telanjang dada.Sementara tangan kananku mulai mempermainkan
lubang kegadisannya yang masih terbungkus rok dan tanganku kuselipkan
di dalam rok itu dan mulai mempermainkan lubangnya yang hampir
membasahi CD-nya yang tipis berwarna putih dan bergambar kartun Jepang.
Mulutku pun terus menurun menuju celana dalam bergambar kartun itu dan
mulai membukanya, lalu menjilatinya dan menusuknya dengan lidahku.
Laura hanya menutup mata dan mengulum bibirnya merasakan kenikmatan.
Sesekali jari tengahku pun kumasukkan dan kuputar-putarkan di lubang
kewanitaannya yang hanya ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia hanya
menggenggam rambutku dan duduk di atas jok mobil menahan rasa nyeri.
Setelah itu aku kecapaian dan menyuruhnya, "Gantian dong!" kataku. Dia
hanya menurut dan sekarang aku berada di jok mobil dan dia di bawah.
Setelah itu aku menggenggam tangannya dan menuntunnya untuk mulai
membuka celana "O'neal"-ku dan melorotkannya. Lalu aku menyuruhnya
memegang batang kemaluanku yang dari tadi mulai tegang.



Dengan inisiatif-nya sendiri dia mulai mengocok batang kemaluanku.

"Kalau digini'in enak tidak Andhi?" tanyanya polos.

"Oh iya enak, enak banget, tapi kamu mau nggak yang lebih enak?" tanyaku.
Tanpa berbicara lagi aku memegang kepalanya yang sejajar dengan
kemaluanku dan sampailah mulutnya mencium kemaluanku. "Hisap aja! enak
kok kayak banana split,"
dia menurut saja dan mulai melumat batang kemaluanku dan terkadang
dihisapnya. Karena merasa maniku hampir keluar aku menyuruhnya
berhenti, dan Laura pun berhenti menghisap batang kemaluanku dengan
raut muka yang sedikit kecewa karena dia sudah mulai menikmati "oral
seks". Lalu kami pun berganti posisi lagi sambil menenangkan
kemaluanku. Dia pun kembali duduk di atas jok dan aku di bawah dengan
agak jongkok. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya dan telihat
kembali liang gadis Laura yang masih sempit. Aku pun mulai bersiap
untuk menerobos lubang kemaluan Laura yang sudah agak basah, lalu Laura
bertanya, "Mau dimasukin tuh Andhi, mana muat memekku kecilnya segini
dan punyamu segede pisang?" tanyanya polos. "Ah tenang aja, pasti bisa
deh," sambil memukul kecil kemaluannya yang memerah itu dan dia pun
sendiri mulai membantu membuka pintu liang kemaluannya, mungkin dia
tidak mau ambil resiko lubang kemaluannya lecet.


Secara perlahan aku pun mulai memasukan batang kemaluanku, "Aah..
ahh.. enak Andi," desahnya dan aku berusaha memompanya pelan-pelan lalu
mulai agak cepat, "Ahh.. ahh.. ahh.. terus pompa Andi." Setelah 20
menit memompa maniku pun sudah mau keluar tapi takut dia hamil lalu aku
mengeluarkan batang kemaluanku dan dia agak sedikit tersentak ketika
aku mengeluarkan batang kemaluanku.

"Kok dikeluarin, Andi?" tanyanya.

"Kan belum keluar?" tanyanya lagi.

"Entar kamu hamilkan bahaya, udah nih ada permainan baru," hiburku.

Lalu aku mengangkat badannya dan menyuruhnya telungkup membelakangiku.

"Ngapain sih Andi?" tanya Laura.

"Udah tunggu aja!" jawabku.

Dia kembali tersentak dan mengerang ketika tanganku menusuk pantat yang montok itu.

"Aahh.. ahh.. sakit Andhi.. apaan sih itu..?"

"Ah, tidak kok, entar juga enak."
Lalu aku mengeluarkan tanganku dan memasukkan batang kemaluanku dan
desahan Laura kali ini lebih besar sehingga dia menggigit celana
dalamku yang tergeletak di dekatnya.


"Sabar yah Sayang! entar juga enak!" hiburku sambil terus memompa
pantatnya yang montok. Tanganku pun bergerilya di dadanya dan terus
meremas dadanya dan terkadang meremas belahan pantatnya. Laura mulai
menikmati permainan dan mulai mengikuti irama genjotanku. "Ahh terus..
Andhi.. udah enak kok.." ucapnya mendesah. Setelah beberapa menit
memompa pantatnya, maniku hendak keluar lagi. "Keluarin di dalam aja
yah Laura?" tanyaku. Lalu dia menjawab, "Ah tidak usah biar aku isep
aja lagi, habis enak sih," jawabnya. Lalu aku mengeluarkan batang
kemaluanku dari pantatnya dan langsung dilumat oleh Laura langsung
dihisapnya dengan penuh gairah, "Crot.. crot.. crot.." maniku keluar di
dalam mulut Laura dan dia menelannya. Gila perasaanku seperti sudah
terbang ke langit ke-7.

"Gimana rasanya?" tanyaku.

"Ahh asin tapi enak juga sih," sambil masih membersihkan mani di kemaluanku dengan bibirnya.


Setelah itu kami pun berpakaian kembali, karena jam mobilku sudah
pukul 19:30. Tidak terasa kami bersetubuh selama 2 jam. Lalu aku
mengantarkan Laura ke rumahnya di sekitaran Panakukang Mas. Laura tidak
turun tepat di depan karena takut dilihat bapaknya. Tapi sebelum dia
turun dia terlebih dahulu langsung melumat bibirku dan menyelipkan
tanganku ke CD-nya. Mungkin kemaluannya hendak aku belai dulu sebelum
dia turun. "Kapan-kapan main lagi yach Andhi!" ucapnya sebelum turun
dari mobilku. Tapi itu bukan pertemuan terakhir kami karena tahun
berikutnya dia masuk SMU yang sama denganku dan kami bebas melakukan
hal itu kapan saja, karena tampaknya dia sudah ketagihan dengan
permainan itu bahkan Laura pernah melakukan masturbasi dengan pisang di
toilet sekolah. Untung aku melihat kejadian itu sehingga aku dapat
memberinya "jatah" di toilet sekolah.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar