Kamis, 19 November 2009

Cinta Seorang BabySitter

Ini pengalamanku 4 Tahun lalu.



Malam telah larut dan jam telah menunjukan pukul 9 malam. Sedari siang
tadi kakakku bersama suaminya menghadiri pertemuan sebuah Network
Marketing dan diteruskan dengan pertemuan khusus para leaders.


Untuk menghilangkan suntuk, aku connect ke internet dan berbagai
macam situs aku buka, seperti biasa pasti terdapat banyak situs porno
yang asal nyrobot. Biasanya aku langsung close karena aku enggak enak
dengan kakakku, tetapi malam ini mereka tidak ada dirumah, hanya
bersama dengan seorang baby siters keponakanku, namanya Imah baru
berumur 18 Tahun dan berasal dari Wonosobo. Memang agak kolotan dan
dusun sekali, tetapi kalau aku perhatikan lagi Imah memiliki body yang
lumayan bagus dengan wajah yang tidak terlalu jelek.


Kami biasa mengobrolkan acara tivi atau terkadang Im-im (panggilan
Imah sehari-hari) aku ajari internet meskipun hasilnya sangat buruk.
Entah kenapa malam ini keinginanku untuk melihat situs porno sangat
besar dan libidoku naik saat aku lihat foto-foto telanjang di internet,
tanpa aku sadari Im-im keluar dari kamar dan berjalan ke arahku entah
sudah berapa lama dia berdiri disampingku ikut memperhatikan foto-foto
telanjang yang ada di monitor komputer.


"Apa enggak malu ya..?" tanya Im-im yang membuatku kaget dan segera
aku ganti situsnya dengan yang "normal". Dengan berusaha tenang, aku
minta Imah mengulangi pertanyaannya.



"Itu lho tadi, gambar cewek telanjang yang Mas buat, emangnya nggak malu kalau dilihat orang?"



Memang Imah sangat lugu dan ndusun kalau soal beginian. Dengan santai aku jawab sembari menyuruhnya duduk disebelahku.


"Begini Im, ini foto bukan aku yang buat, orang yang buat ini
(sambil aku perlihatkan lagi situs yang memuat foto telanjang tadi),
merekakan model yang dibayar jadi ngapain malu kalau dapat duit."


Kemudian Im-im melihat lebih seksama satu per satu foto telanjang
itu dengan posisi badan agak membungkuk sehingga terlihat jelas bulatan
kenyal panyudaranya, sudah sejak lama aku menikmati pemandangan ini dan
aku sangat terobsesi untuk tidur dengan Im-im. Aku tersentak kaget saat
Imah bertanya soal foto dimana seorang cowok sedang menjilati vagina
cewek.



"Apa nggak geli ceweknya dijilati kayak gitu terus lagian mau-maunya cowok itu jilatin punya ceweknya padahalkan tempat pipis?".



Dengan otak yang sudah kotor aku mulai berfikir bagaimana aku memanfaatkan kesempatan ini dengan baik.


"Gini Im, vaginanya cewek kalau dijilatin oleh cowok malah enak,
memang awalnya geli tapi lama-lama ketagihan ceweknya. Kamu belum
pernah coba kan?" tanyaku pada Im-im sambil tanganku membuka foto-foto
yang lebih hot lagi.
"Belum pernah sama sekali, tapi kalau ciuman bibir dan susuku
diremes sudah pernah, aku takut kalau nanti hamil". (memang Im-im
sangat terbuka tentang pacarnya yang di Bogor dan pernah suatu hari
cerita kalau pacarnya ngajak tidur di hotel tapi Im-im nggak mau).
"Kalau Cuma kayak gitu nggak bakal bikin hamil, gemana kalau kamu
coba, nanti kalau kamu hamil aku mau tanggungjawab dan nggak perlu
bingung soal uang, terus kalau ternyata kamu nggak hamil, kamu nanti
aku ajari gaya-gaya yang ada difoto ini. Gimana?"


Dan Im-im cuma diam sambil lihatin wajahku, sebenarnya aku tahu dia
naksir aku sudah lama tapi karena posisi dia hanya babysiters yang
membuatnya nggak PD.



"Benar ya.., janji lho?" pintanya dengan sedikit ragu.


Dan dengan wajah penuh semangat aku bersumpah untuk menepati
janjiku, meskipun aku enggak ada niat untuk menepati janjiku. Aku
putuskan sambungan internet dan mulai "melatih" Im-im dengan diawali
teknik berciuman yang sudah pernah dia rasakan dengan pacarnya,
sentuhan halus bibirnya yang lembut membuatku membalas dengan ganas
hingga tanpa terasa tanganku telah meremas payudara Imah yang memang
masih kencang. Desahan halus mulai muncul saat bibirku menelusuri
lehernya yang agak berbulu seolah Im-im menikmati semua pelatihan yang
aku berikan.


Aku merasa cumbuan ini kurang nyaman, aku dan Imah pindah ke dalam
kamar Im-im, perlahan aku rebahkan tubuhnya dan bibirku bergantian
menjelajah bibir dan lehernya sedangkan tanganku berusaha membuka kaos
dan BH-nya dan kini separoh tubuh Imah telah bugil membuat libidoku
tidak karuan. Tanpa ada keluhan apapun Imah terus mendesah nikmat dan
tangannya membimbing tangan kiriku meremas teteknya yang bulat
sedangkan payudara kanannya aku lumat dengan bibirku hingga terdengar
jeritan kecil Im-im. Entah berapa lama aku mencumbu bagian atas
tubuhnya dan sebenarnya keinginanku untuk bercinta sudah sangat besar
tetapi aku tahu ini bukan saat yang tepat.


Perlahan aku turunkan celana pendek dan celana dalamnya bersama
hingga Imah sepenuhnya bugil dan ini yang membuat dia malu. Untuk
membuat Imah tidak merasa canggung aku mencumbunya lebih ganas lagi
sehingga kini Imah mendesah lebih keras lagi dan tangan kanannya
meremas kaosku untuk menyalurkan gairahnya yang mulai memuncak. Bibirku
kini mulai menjalar kebawah menuju vaginanya yang tertutup kumpulan
bulu hitam, perlahan aku angkat kedua pahanya hingga posisi
selakangannya terlihat jelas. Samar-samar terlihat lipatan berwarna
merah di vaginanya dan aku tahu baru aku yang melihat surga dunia milik
Im-im.


Kini bibirku mulai menjilati vaginanya yang mulai banjir dengan
halus agar Im-im tidak merasa geli dan ternyata rencanaku berjalan
lancar, desahan yang tadi menghiasi cumbuanku dengan Imah kini mulai
diselingi lenguhan dan jeritan kecil yang menandakan kenikmatan luar
biasa yang sedang dirasakan babysiters keponakanku. Semakin lama
semakin banyak lendir yang keluar dari kemaluannya yang membuatku lebih
bergairah lagi, tiba-tiba seluruh tubuh Imah kejang dan suara
lenguhannya menjadi gagap sedangkan kedua tangannya meremas kuat
kasurnya. Dengan diiringi lenguhan panjang Imah mencapai klimak,
tubuhnya bergerak tidak beraturan dan aku lihat sepasang teteknya
mengeras sehingga membuatku ingin meremasnya dengan kuat. Setelah
kenikmatannya perlahan turun seiring tenaganya yang habis terkuras
membuat tubuhnya yang bugil menjadi lunglai, dengan kepasrahannya aku
menjadi sangat ingin segera menembus vaginanya dengan penisku yang
sedari tadi sudah tegang.



"Imah merasa sangat aneh, bingung aku jelasin rasanya" katanya dengan perlahan.
"Belum pernah aku merasakan hal ini sebelumnya, aku takut kalau
terjadi apa-apa," sambil memelukku erat. Sambil kukecup keningnya, aku
jawab kekhawatiranya.
"Ini yang disebut kenikmatan surga dunia dan kamu baru merasakan
sebagian. Imah nggak perlu takut atau khawatir soal ini, kan aku mau
tanggungjawab kalau kamu hamil," sambil kubalas pelukannya.


Sekilas aku lupa libidoku dan berganti dengan perasaan ingin
melindungi seorang cewek, kemudian tanpa disengaja tangan Im-im
menyentuh penisku sehingga membuat penisku kembali menegang. Wajah Imah
tersipu malu saat aku lihat wajahnya yang memerah, kucium bibirnya dan
tanpa menunggu komandoku Im-im membalasnya dengan lebih panas lagi dan
kini Imah terlihat lebih PD dalam mengimbangi cumbuanku. Teteknya aku
remas dengan keras sehingga Im-im mengerang kecil. Kini bajuku dibuka
oleh sepasang tangan yang sedari tadi hanya mampu meremas keras kasur
yang kini sudah acak-acakan spreinya dan aku imbangi dengan melepas
celana pendekku dan segera terlihat penis yang sudah tegang karena aku
terbiasa tidak memakai CD saat dirumah. Melihat pemandangan itu, Imah
malu dan menjadi sangat kikuk saat tangannya aku bimbing memegang
penisku dan setelah terbiasa dengan pemandangan ini aku membuat gaya 69
dengan Imah berada diatas yang membuatnya lebih leluasa menelusuri
penisku.


Setelah beberapa lama aku bujuk untuk mengulumnya, akhirnya Im-im
mau melakukan dan menjadi sangat menikmati, sedangkan aku terus
menghujani vaginanya dengan jilatan lidahku yang memburunya dengan
ganas. Karena tidak kuat menahan rasa nikmat yang menyerang seluruh
tubuhnya, Im-im tak mampu meneruskan kulumannya dan lebih memilih
menikmati jilatan lidahku di vaginanya dan aku tahu Imah menginginkan
kenikmatan yang lebih lagi sehingga tubuh bugilnya aku rebahkan
sedangkan kini tubuhku menindihnya sembari aku teruskan bibirku
menjelajahi bibirnya yang memerah.


Perlahan tanganku menuntun tangan kanan Im-im untuk memegang
penisku hingga berada tepat di depan mulut vaginanya, aku gosok-gosok
penisku di lipatan vaginanya dan mengakibatkan sensasi yang
menyenangkan, erat sekali tangannya memelukku sambil telus mengerang
nikmat tanpa memperdulikan lagi suaranya yang mulai parau. Vaginanya
semakin basah dan perlahan penisku yang tidak terlalu besar mendesak
masuk ke dalam vaginanya dan usahaku tidak begitu berhasil karena hanya
bisa memasukkan kepala penisku. Perlahan aku mencoba lagi dan dengan
inisiatif Im-im yang mengangkat kedua kakinya hingga selakangannya
lebih terbuka lebar yang membuatku lebih leluasa menerobos masuk
vaginanya dan ternyata usahaku tidak sia-sia. Dengan sedikit menjerit
Imah mengeluh,


"Aduh.., sakit. Pelan-pelan dong" dengan terbata-bata dan lemah
kata-kata yang keluar dari mulutnya. Saat seluruh penisku telah masuk
semua, aku diam sejenak untuk merasakan hangatnya lubang vaginanya.


Perlahan aku gerakkan penisku keluar-masuk liang vaginanya hingga
menjadi lebih lancar lagi, semakin lama semakin kencang aku gerakkan
penisku hingga memasuki liang paling dalam. Berbagai rancauan yang aku
dan Imah keluarkan untuk mengekspresikan kenikmatan yang kami alami
sudah tidak terkendali lagi, hampir 15 menit aku menggenjot vaginanya
yang baru pertama kali dimasuki penis hingga aku merasa seluruh syaraf
kenikmatanku tegang. Rasa nikmat yang aku rasakan saat spermaku keluar
dan memasuki lubang vaginanya membuat seluruh tubuhku menegang, aku
lumat habis bibirnya yang memerah hingga Im-im dan kedua tanganku
meremas teteknya yang mengeras. Akhirnya aku bisa merasakan tubuh Im-im
yang lama ada dianganku.


Kami berdua tergolek lemah seolah tubuhku tak bertulang, kupeluk
tubuh Imah dengan erat agar dia tidak galau dan setelah tenagaku pulih
aku berusaha memakaikan baju padanya karena Im-im tidak mampu berdiri
lagi. Saat aku hendak mengenakan CD aku lihat sedikit bercak merah
dipahanya dan aku bersihkan dengan CD ku agar Im-im tidak tahu kalau
perawannya sudah aku renggut tanpa dia sadari.


Kami berdua melakukan hal itu berulangkali dan Imah semakin pintar
memuaskanku dan selama ini dia tidak hamil yang membuatnya sangat PD.
Tanpa disadari 2 tahun aku menikmati tubuhnya gratis meskipun kini Imah
tidak menjadi babysiters keponakanku sebab kakakku telah pindah rumah
mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan ke daerah lain. Sekarang
Im-im menjadi penjaga rumahku dan sekaligus pemuas nafsuku saat
pacar-pacarku tidak mau aku ajak bercinta.


Saat lebaran seperti biasa Imah pulang kampung selama 2 minggu dan
yang membuatku kaget dia membawa seorang cewek sebaya dengan Imah dan
bernama Dina yang merupakan sepupunya. Memang lebih cantik dan lebih
seksi dari Imah yang membuatku berpikir kotor saat melihat tubuh yang
dimiliki Dina yang lugu seperti Imah 2 tahun lalu. Pada malam harinya,
setelah kami melepas rasa kangen dengan bercinta hampir 2 jam, Imah
tiba-tiba menjadi serius saat dia mengutarakan maksudnya.


"Mas, aku sudah 2 tahun melayani Mas untuk membereskan urusah rumah
dan juga memberikan kepuasan diranjang seperti yang aku berikan saat
ini," Imah terdiam sejenak.

"Aku ingin tahu, apakah ada keinginan Mas untuk menikahiku meskipun sampai saat ini aku tidak hamil. Apa Mas mau menikahiku?"


Aku terhenyak dan diam saat disodori pertanyaan yang tidak pernah
terlintas sedikitpun selama 2 tahun ini. Lama aku terdiam dan tidak
tahu mau berkata apa dan akhirnya Imah meneruskan perkataannya.


"Imah tahu kalau Mas nggak ada keinginan untuk menikahiku dan aku
nggak menuntut untuk menjadi suamiku, 2 tahun ini aku merasa sangat
bahagia dan sebelum itu aku telah mencintai Mas dan menjadi semakin
besar saat aku tahu Mas sangat perhatian denganku."



Imah terdiam lagi dan aku memeluknya erat penuh rasa sayang dan Imah pun membalas pelukanku.


"Tapi.., aku ingin lebih dari ini. Aku ingin bisa menikmati cinta
dan kasih sayang seorang suami dan itu yang membuatku menerima pinangan
seorang pria yang rumahnya tidak jauh dari desaku." Aku terhenyak dan
menjadi lebih bingung lagi dan belum bisa menerima kabar yang
benar-benar mengagetkanku.


Kami berdua hanya bisa diam dan tanpa terasa meleleh air mataku dan
aku baru merasa bahwa aku ternyata benar-benar menginginkannya, namun
ternyata sudah terlambat. Keesokan harinya aku mengantar Imah ke
terminal untuk kembali pulang ke desanya dan menikah dengan seorang
duda tanpa anak, menurutnya calon suaminya akan menerimanya meskipun
dia sudah tidak perawan. Dengan langkah gontai aku kembali ke mobilku
dan melalui hari-hariku tanpa Imah.



E N D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar