Kamis, 19 November 2009

Burung Mudaku

Sebut
saja namaku Haryani, saat menikah aku tidak tahu kalau ternyata suamiku
masih berstatus suami sah orang lain, namun belakangan kuketahui nasi
sudah menjadi bubur. Pada akhirnya dia pun mengakui kalau sudah punya
anak isteri, namun apalah artinya aku yang lemah dan bodoh ini jika
harus bersikeras untuk menuntutnya. Kendatipun aku tahu akan sangat
menyakiti isteri sahnya, jika ia mengetahui. Suamiku adalah seorang
perwira yang mempunyai kedudukan penting di sebuah propinsi (tidak
kusebut tempatnya). Usianya sudah mencapai 55 tahun dan aku sendiri
baru mencapai 27 tahun. Fasilitas yang diberikan dan ketakutanku lah
yang membuatku sangat tak berdaya untuk menentang keberadaanku. Aku
dibelikan sebuah villa yang sangat mewah yang terletak tidak begitu
jauh dari kota tempat suamiku bertugas. Semua fasilitas yang diberikan
kepadaku sangatlah mewah bagiku, aku mendapatkan sebuah mobil pribadi,
telepon genggam dan perangkat entertainment di rumah. Namun ini semua
ternyata masih kurang, aku ingin punya momongan, aku ingin dicintai dan
disayangi. Kenyataannya aku hanya tempat persinggahan saja. Belakangan
kudengar bahwa suamiku juga punya WIL lain selain aku, malahan kadang
ia juga jajan kalau sedang keluar kota, kabar ini kudapatkan dari
isteri ajudannya sambil wanti-wanti agar aku tutup mulut. Aku sendiri
memang sudah kenal dekat dengan keluarga ajudan suamiku, namun demikian
sampai saat ini rahasia ini masih tersimpan cukup rapi. Bagaimanapun
juga aku kesal dan sedih dengan kondisi seperti ini, sehingga timbul
niatku untuk berperilaku serupa.


Pada suatu hari suamiku bertindak ceroboh dengan menitipkan anak
bungsunya kepadaku, beliau memperkenalkanku sebagai ipar ajudannya.
Anak itu memanggilku Mbak maklum dia masih SMP dan usinya pun masih 14
tahun. Wajahnya, perilakunya persis bapaknya, nilai kesopanannya agak
kurang bila dibanding dengan anak-anak di kampungku. Maklumlah ia
adalah anak pejabat tinggi. Jam 21.00 bapaknya telepon, meminta Alex
(sebut saja nama anak itu begitu) untuk tidur di rumah karena bapak ada
urusan. Aku jadi curiga pasti dia ada kencan dengan orang lain. Alex
pun belum tidur, ia lagi asyik nonton televisi di ruang keluarga.
Akhirnya timbul niat burukku untuk memperdaya Alex, namun bagaimana
caranya? aku dihadapkan pada jalan buntu. Akhirnya spontan kumasukkan
VCD-VCD porno ke dalam player untuk saya hidangkan kepada Alex. Aku
hidupkan oven selama 3 menit yang kebetulan isinya adalah daging yang
sudah masak sejak siang tadi. Langsung saja kurayu dia untuk
menyantapnya sehingga kami pun menyantap daging panggang dan sambal
kecap bersama-sama. Sambil basa-basi kutanyakan sekolahnya, tampaknya
kemampuannya di sekolah biasa-biasa saja, terbukti dengan kekurang
antusiasannya bicara tentang sekolah. Ia lebih suka bicara tentang
video game dan balap motor.


Kupegang tengkuknya dan kupijit sambil kukatakan, "Kamu pasti
capek, sini Mbak pijitin.." Dia pun diam saja, maklum dia adalah anak
yang manja. Kuraih remote control dan kutekan play untuk CD yang
pertama, film-filmnya adalah jenis vivid dengan tema seks yang cukup
halus. Tampaknya Alex sangat menyukainya, ah pucuk di cinta ulam pun
tiba. Sambil kupijit sekujur tubuhnya, kuamati roman mukanya. Kukatakan
tidak usah malu, karena itu hanya film saja (tidak sungguhan). Muka
Alex tegang, setiap ada adegan orang berpelukan (cuma berpelukan) aku
suruh dia telentang untuk pijatan bagian depan. Sambil telentang Alex
tetap memperhatikan film yang tampaknya mulai disukainya itu. Kini
acara di film mulai ke adegan yang cukup panas, seorang wanita melepas
pakaiannya sehingga tinggal pakai celana dan BH dalam saja. Alex
semakin tegang dan agak kupercepat tanganku mengarah ke pangkal
pahanya. Pura-pura kupijit pahanya dengan menyentuh kemaluannya, dia
terkejut ketika kemaluannya yang tegang kesentuh tanganku. Pucat pasi
mukanya, namun kunetralisir dengan mengatakan "Tenang Alex, semua orang
sama, adalah hal yang sangat wajar bila seseorang terangsang. Karena
semua orang mempunyai nafsu." "Malu Mbak", jawab Alex. Kalau orang
banyak malu, tapi Alex kan sendirian cuma sama Mbak. Mbak nggak malu
kok. Dengan berkata demikian kubuka bajuku sehingga aku hanya pakai BH
saja. Akupun heran juga kagum, anak seumur dia juga bisa tegang dan
tampak tidak berdaya, jauh dari sikap sehari-hari yang agak arogan.
Namun aku mulai menyukainya tanpa memikir yang jauh ke depan mengingat
bapaknya sendiri juga berbuat serupa terhadap saya. Film terus
berputar, tubuh Alex terasa hangat malah aku khawatir kalau dia sakit,
dia tampak pucat entah takut apa bagaimana, aku tidak tahu.


Alex hanya melirik buah dadaku tanpa berani menatap langsung, dia
tetap memperhatikan film dengan seksama. Saat kupegang lagi kemaluannya
dia hanya diam saja, tak kusia-siakan kesempatan ini kuremas kemaluan
yang berukuran agak kecil itu. Akupun sudah tidak memperhatikan film
lagi, kubuka celana Alex dan kuperhatikan kemaluannya. Tampak bersih
dan mulai ditumbuhi bulu-bulu halus, aku semakin bernafsu melihatnya.
Langsung kuterkam dengan mulutku dan kumulai menjilatnya, Alex hanya
terdiam sambil kadang pinggulnya bergerak menikmatinya. Kuhisap
kemaluannya dan dia pun teriak Uh.. Mbak.. kubiarkan anak kecil itu
menggelinjang, kubimbing tangannya ke payudaraku. Ah, dia malah meremas
kuat sekali. Kumaklumi dia sangat lugu dalam hal ini, aku tidak
menyesal malah menyukainya. Aku hisap terus, dia pun semakin bergerak
tidak karuan sambil teriak-teriak ah, uh, ah, uh. Kemudian dia teriak
keras sambil tubuhnya gemetar disusul oleh cairan hangat dari
kemaluannya. Aku telan cairan asin dan pekat ini tanpa rasa jijik
sedikit pun, dan dia pun diam lemas terkulai. Kupeluk dia, dan
kubisikkan kata-kata, "Enakkan", sambil aku tersenyum, dia balas
pelukanku dan hanya bicara "Mbak.." Aku bimbing dia ke kamar mandi dan
kumandikan dengan air hangat, burung kecilku masih tidur dan aku yakin
nanti akan bangun lagi.


Kemudian kami pun tidur bersama di depan televisi di atas karpet,
dia tampak kelelahan dan tidur pulas. Aku pun puas meski tidak sampai
coitus. Menjelang subuh aku bangun, dan kulihat dengan seksama tubuh
Alex yang sedang tidur telanjang. Nafsuku bangkit lagi dan kucoba
membangunkan burung kecil itu, ternyata berhasil dan kuulangi lagi
perbuatan tadi malam dengan pertambahan Alex meningkatkan variasi
permainan. Tampaknya Alex mulai mengikuti naruninya sebagai makhluk
bernafsu, ia mungkin meniru adegan film tadi malam. BH-ku dibuka dan
dijilati, aku pun merasakan kenikmatan dari anak bau kencur,
kubayangkan anak dan bapaknya mengerjaiku seperti sekarang, ah tak
mungkin. Aku tuntun tangan Alex ke kemaluanku yang sejak tadi malam
belum tersentuh sama sekali. Kubimbing tangannya menggesek-gesek
kemaluannya dan ia pun memahami keinginanku. Gerakan-gerakan Alex dan
servicenya kepadaku masih sangat kaku, mungkin perlu beberapa kali aku
melatihnya. Tiba-tiba ia menarik paksa celana dalamku dan BH-ku pun
dilucuti. Kubiarkan dia berkreasi sendiri, tampak wajahnya masih tegang
tapi tidak setegang tadi malam dan ia pun mulai tidak sopan kepadaku,
ah biarlah. Aku didorong hingga telentang, dan ia pun langsung
menindihku. Dicobanya memasukkan burung kecil itu ke dalam kemaluanku,
namun berkali-kali ia tidak berhasil. Ia pun semakin penasaran, ah
suami kecilku ini mesti banyak belajar dariku.


Kubimbing kemaluannya memasuki kemaluanku dan ia pun
menggesek-gesekkannya. Terasa nafsuku merasuk ke sekujur tubuhku, kini
penantianku tadi malam hampir tercapai dan ah nikmat sekali, suami
kecilku bisa memuaskanku kali ini. Dengan cepat aku bangun dan
kuhampiri burung kecil yang masih menantang itu, kuhisap dalam-dalam,
dia pun mengerang kenikmatan dan terus menerus kuhisap hingga badannya
bergetar dan lagi-lagi air liur burung kecil yang hangat itu menjadi
bagian dari dagingku. Hari sudah terang, dan segera kami mandi air
hangat bersama-sama. Aku merasa puas dan Alex hanya diam saja, entah
apa yang dipikirkan. Menyesalkah? aku tidak tanya. Kenyataannya kisah
ini masih berlangsung, sekarang Alex sudah SMA dan masih tetap dalam
bimbinganku.


Pagi harinya bapaknya Alex (yang juga suamiku) datang dan dengan
tanpa menaruh curiga sedikitpun. Ini adalah pengalaman pertamaku dengan
burung muda.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar