Kamis, 19 November 2009

Awal Sebuah Ketulusan

Pada
mulanya aku tidak begitu tertarik dengan namanya chatting. Tetapi lama
kelamaan aku jadi ketagihan dan setiap hari aku selalu meluangkan waktu
Untuk beberapa saat lamanya sembari mengerjakan tugas harian di kantor.
Baik itu melalui MIRC ataupun di YM. Dan mulai dari sinilah aku mulai
mengenal apa itu dunia cyber. Suatu hari aku chatting dengan
menggunakan nickname Jingga yang kebetulan aku suka banget dengan warna
purple.


Hingga sampailah aku di pertemukan dengan cewek yang berumur 17
tahun yang mempunyai nama asli Adinda. Adinda yang masih berstatus
pelajar di salah satu SMU negeri di Jakarta dan tinggal di sekitar
Jakarta Barat. Dengan paras yang cantik serta bentuk tubuh yang sexy di
dukung penampilannya yang selalu mengenakan rok abu-abunya di atas
lutut. Menjadikan dirinya patut untuk di kagumi oleh setiap lelaki.
Apalagi dengan hem putihnya yang sedikit transparan setiap Adinda
berangkat ke sekolah. Begitu menerawang terbentuk segaris Bra 36 warna
hitam kesukaannya menjadikan setiap mata yang memandangnya tak akan
berkedip sedetikpun.


Adinda adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup terpandang di
Jakarta. Kesibukan papanya sebagai seorang pengusaha, menjadikan Adinda
selalu merasa kesepian. Demikian juga dengan Mamanya yang selalu sibuk
dengan urusan arisan, shopping, senam, salon dan banyak lagi kesibukan
yang datang tak pernah habisnya. Karena merasa kesepian setiap pulang
dari sekolah ataupun saat libur sekolah, menjadikan Adinda tumbuh tanpa
seorang figur dari keluarganya. Kalau melihat kepribadiannya Adinda
sebenarnya mempunyai kepribadian yang periang dan ramah.Semua itu bisa
di lihat dengan kesehariannya yang selalu tersenyum kepada semua orang
yang di jumpainya.


Demikian juga saat bertemu denganku lewat Chatting. Setiap
perjumpaan selalu diakhiri dengan kesan yang baik, bagaimanapun juga
aku sangat menghargai. Kejujurannya yang menceritakan masalah
keluarganya yang super sibuk dan mantan cowoknya yang berpaling
darinya, karena tidak bisa bersabar menghadapi Adinda yang belakangan
menjadi pemurung. Sifatnya yang pemurung itu disebabkan oleh suasana
keluarganya yang mulai tidak harmonis lagi dan menjadikan sosok Adinda
menjadi minder di sekolahnya.


Hingga pada satu kesempatan dia memutuskan ingin bertemu secara
langsung denganku. Hari itu setelah kita chatting beberapa saat,
tiba-tiba dia menangis dan butuh teman untuk curhat secara langsung dan
alasannya, karena dia sudah akrab dan percaya kepadaku.


Setelah menentukan tempat yang cukup aman, sejuk udaranya dan tidak
bising akhirnya aku sepakat menemuinya. Dengan perasaan deg-degan,
sepanjang perjalanan aku berpikir ada masalah apa dengan Adinda. Dan
pikiranku terasa semakin amburadul ketika aku benar-benar ketemu
dengannya.


Sesaat Aku terkagum-kagum melihat penampilannya hari itu. Berbeda
dengan kesehariannya yang selalu mengenakan seragam sekolah. Hari itu
Adinda mengenakan stelan celana jeans agak belel warna biru di padu
dengan kaos putih ketat yang menonjol di bagian dadanya. Rambut
panjangnya di biarkannya tergerai menyentuh bahunya melewati leher
jenjangnya yang putih bersih.


Dari penampilannya yang mengagumkan aku sempat menelan ludah
sesaat. Adinda adalah sosok cewek idolaku. Mulai dari wajahnya,
dadanya, pinggulnya dan lekukan Pantatnya yang sexy tecetak jelas di
celananya yang ketat juga. Membuat aku menelan terdiam sesaat, sambil
membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan dia.


Di sebuah cafe yang suasananya pada siang itu tidak begitu ramai,
dengan hanya beberapa pengunjung, menjadikan pertemuanku dengan nya
akan sangat berkesan tentunya. Selama pembicaraan di cafe, jantungku
berdetak kencang setiap melirik paras Adinda yang cantik dan manis
sekali dan aku membayangkan jika aku dapat menikmati bibirnya yang
merekah. Untuk menghilangkan rasa cemasku, aku berusaha membuka
pembicaraan dengan menanyakan bagaimana kesannya setelah bertemu dan
ada masalah apa sampai dia memintaku datang menemuinya.


Pertemuan itu sebenarnya hanya sekedar alasannya aja agar bisa
ngobrol denganku dan mengenal lebih dekat siapa diriku sebenarnya. Hal
itu aku ketahui setelah kami terlibat perbincangan serius di cafe dan
dia berterima kasih, kalau selama ini aku bisa dengan penuh kesabaran
mendengarkan semua masalah yang di hadapinya.



"Diet.. Boleh aku mengatakan sesuatu?" tanya Adinda tiba-tiba.

"Boleh.. Ada apa emangnya?" tanyaku balik.

"Aku mulai merasakan semua kasih sayang kamu selama ini," jawabnya.

"Dan aku juga ingin memberikan hal yang sama buat kamu," lanjutnya.


Aku hanya bisa terdiam mendengar semua penjelasannya, dengan lembut
aku memeluk tubuhnya untuk meyakinkan bahwa semua yang kulakukan tulus
adanya. Dan dengan pelan aku genggam jemari tangannya yang halus serta
aku pegang dagunya dengan lembut bibirku menyentuh bibirnya yang
terbuka sedikit. Yang tak lama aku telah menciumi leher Adinda yang
terlihat sangat bersih dan putih.



"Adinda aku sayang kamu..," bisikku di telinganya lirih.


Adinda semakin erat memelukku sebagai ungkapan kebahagiaannya atas
sikapku. Setelah perbincangan di cafe selesai, Adinda mengajakku untuk
bersantai sejenak sambil beristirahat dengan memesan sebuah kamar di
sebuah hotel yang tak jauh letaknya dari cafe tersebut.


"Diet.. Ohh..," desah Adinda ketika aku mencumbu lehernya setelah
kita sampai di kamar. Lidahku semakin nakal menjelajahi leher Adinda
yang jenjang.
"Akhh Diet.." tanpa terasa tanganku mulai nakal untuk
menggerayangi payudara Adinda yang aku rasakan mulai mengencang
mengikuti jilatan lidahku dibalik telinganya.

"Ooohh.. Diet.." desahnya lirih.


Adinda mulai terangang ketika ujung lidahku menjilati bukit
payudaranya yang berukuran 36 itu. Aku semakin berani untuk melakukan
yang Iebih jauh.. Dengan meremas payudara yang satunya.



"Adinda.. Sayang, aku buka baju kamu yah.."? bisiku di telinganya.


Adinda hanya mengikuti pergerakan tanganku untuk melepaskan
pakaiannya, sampai akhirnya dia hanya mengenakan Bra warna hitam.
Dadaku semakin naik turun, ketika pundaknya yang putih nampak dengan
jelas di depanku.


Setelah terbuka, kembali aku mengulum bibirnya yang merekah.
Lidahku menjelajahi rongga di langit-langit mulutnya dan sesekali
menghisap lidah Adinda yang mulai terangsang dengan ciumanku. Tanganku
yang nakal mulai melepas Bra warna hitam miliknya. Dan.. Wow..
Tersembullah puting yang kencang.. Tanpa pikir panjang aku melepas
lumatan di bibir Adinda untuk kemudian mulai menjilati puting Adinda
yang berwarna kecoklatan. Satu dua kali hisapan membuat putingnya
berdiri dengan kencang.. Sedangkan tangan kananku memilin puting yang
lainnya.



"Ooohh Diet.. Enak sekali sayang..," rintih Adinda.


Dan saat aku mulai menegang.. Adinda berusaha bangkit dari tempat
tidur, tapi aku tidak memberikan kesempatan Adinda untuk bangkit dari
pinggir ranjang. Parfum Adinda yang harum menambah gairah aku untuk
semakin berani menjelajahi seluruh tubuhnya.


Aku beranikan diri untuk mulai membuka celana jeans serta CD hitam
berenda yang dipakainya. Dan darahku mendesir saat melihat gundukan
yang ditumbuhi dengan rambut yang hitam lebat. Tanpa berpikir panjang,
aku langsung menjilati, menghisap dan sesekali memasukkan lidahku ke
dalam lubang vagina Adinda.



"Oohh.. Diet.. Nikmat.. Sayang," Adinda merintih kenikmatan setiap lidahku menghujam lubang kewanitaannya.
"Akhh.. Kamu pintar sekali sayaang.." Desah Adinda disaat jilatanku
semakin cepat, Adinda sudah mulai memperlihatkan tanda-tanda mau
orgasme dan sesaat kemudian..
"Mass Adiet.. Sayang.. Aku nggak tahan.. Oohh.. Mass aku mau.."
Adinda menggelinjang hebat sambil menjepit kedua pahanya sehingga
kepalaku terasa semakin terbenam di selangkangannya.

"Maass.. Ookkhh.. Aakuu keluaarr.." Jeritnya lirih.


Adinda merintih panjang saat mencapai orgasmenya yang pertama, dia
tersenyum puas. Aku biarkan dia terlentang menikmati orgasmenya, sambil
membuka semua pakaian yang aku kenakan. Aku memperhatikan Adinda begitu
puas dengan pemanasan tadi, itu terlihat dari raut wajahnya yang begitu
berbinar-binar.


Tanpa memberi waktu panjang, aku segera menghampiri tubuhnya yang
masih lemas dan menarik pinggulnya dipinggir ranjang, dan tanpa pikir
panjang penisku yang berukuran lumayan besar, langsung menghujam celah
kenikmatan Adinda sembari bibirku mengulum payudaranya.



"Aaakhh.. Diet..," desah Adinda, saat penisku melesak ke dalam lubang vaginanya.

"Diet.. Penis kamu ohh.." desahnya kemudian.


Aku merasakan setiap jepitan bibir vaginanya yang begitu ketat,
sampai terasa begitu nikmat lubang senggama Adinda. Aku berpacu dengan
nafsu, keringatku bercucuran seperti mandi dan menetes diwajah Adinda
yang pertama kalinya merasakan nikmatnya bercinta. Setiap gerakan maju
mundur penisku, selalu membuat tubuh Adinda menggelinjang hebat karena
dia mulai bisa merasakan dan menikmati permainan ini.



"Diet.. Sudah.. Sayang.. Akhh.." sembari berteriak panjang aku rasakan denyutan bibir vagina Adinda menjepit batang penisku.


Dan aku rasakan cairan hangat mulai meleleh dari vagina Adinda. Aku
tidak mempedulikan desahan Adinda yang semakin menjadi, aku hanya
berusaha memasukkan penisku lebih dalam lagi. Tiba-tiba Adinda mendekap
tubuhku erat dan aku tahu itu tanda dia mencapai orgasme yang kedua
kalinya.



Penisku bergerak keluar masuk dengan cepat dan.. Sesaat kemudian.



"Diet.. Aku.. Mau.. Keluarr lagi.. Aaakk.. Sayang, aku.. Nggak tahan.."

Seiring jeritan itu, aku merasakan cairan hangat kembali meleleh disepanjang batang penisku.

"Aaakhh.. Sayang.. Enak sekali.. Ooohh..," rintih Adinda lirih.
Bagaikan orang mandi, keringatku kembali berkucuran, diatas tubuh
Adinda. Disaat aku mulai mencapai klimaks, aku meminta Adinda berganti
posisi diatas.

"Adinda.. Sayang kamu diatas yah.."Pintaku


Aku melepas penisku dan langsung terlentang. Adinda bangkit dan
langsung menancapkan penisku dalam-dalam di lubang kewanitaannya.

"Akhh gila, penis kamu enak banget Maas.. Ooohh.." Adinda merintih sambil terus menggoyangkan pinggulnya.

"Aduhh enak Diet.." desahnya lagi.

Goyangan pinggul Adinda membuat gelitikan halus di penisku..

"Adinda.. Sayang.. Akh..," aku mengerang kenikmatan saat Adinda menggoyang pinggulnya.

"Diet.. Aku mau keluar nih..," sambil merintih panjang, Adinda menekankan dalam-dalam


Tubuhnya hingga penisku amblas ditelan vaginanya dan bersamaan
dengan itu aku sudah mulai merasakan tanda-tanda akan mencapai orgasme.



"Aaahh.. Ahh.. Ohh," teriakku
"Crott.." bersamaan dengan menyemburnya spermaku. Aku biarkan
spermaku menyembur di dalam vaginanya. Sebagian dari spermaku langsung
meleleh di sekujur pahanya yang mulus.


Setelah itu Adinda berjalan menuju ke kamar mandi untuk segera
mencuci spermaku yang baru keluar dari vaginanya. Permainan itu
berakhir dengan penuh kenikmatan dalam diri kami berdua, karena baru
pertama kalinya Adinda bercinta denganku, dia mengalami multi orgasme
yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.



"Diet.. Kapan kamu ada waktu lagi untuk melakukan semua ini sayang," tanya Adinda.

Aku menjawab lirih, "Terserah Kamu deh, aku akan selalu sediakan waktu untuk kamu."

"Makasih sayang.. Kamu telah memberikan apa yang selama ini belum aku rasakan," kata Adinda.

Kemudian aku mengecup kembali Bibirnya yang merekah sebagai tanda kasih sayangku kepada Adinda yang tulus.



E N D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar