Kamis, 19 November 2009

Adik Kecilku

Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang gadis
manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan senyumnya
benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa lubang
angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas
putih.., tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku, maka
kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat
apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu.


Suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamarku dibuka,
lalu aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata
gadis itu baru pulang dari sekolahnya.., tapi kok sampai larut malam
begini tanyaku dalam hati. Gadis manis itu yang belakangan namanya
kuketahui yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian
mengambil segelas air putih dan meminumnya.., akhirnya dia duduk di
kursi sambil mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku
mengintip. Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu
kamarku telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat
ke dalam kamarnya.


Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas
celana dalamnya yang putih dengan gundukan kecil di tengahnya.., lalu
saja tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai
ereksi. Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya,
apalagi ketika Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju
dan rok sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya.
Sebentar dia bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih dan
tangannya mulai meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil
juga. Diusapnya payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting
susunya sambil memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat,
lalu tangan satunya meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya
dengan pelan, tangannya mulai masuk ke celananya dan bermain lama. Aku
bergetar lemas melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang
sekali. Lalu kulihat Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan..,
Woww, belum ada bulunya sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk
seperti gunung kecil yang tak berbulu. Ohh, begitu indah, begitu
mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke tempat tidur, menelungkup dan
menggoyangkan pantatnya ibarat sedang bersetubuh.


Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan.., naik dan turun..,
rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi
sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya,
Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada
ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda..,
rupanya dia sedang terangsang berat.., suara nafasnya yang ditahan
menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga,
Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol.., dibasahi
dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang
vaginanya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya
mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu, "Ahh.., ahh",
Lalu dicopotnya spidol itu dari vaginanya, sekarang jari tengahnya
mulai juga dicolokkan ke dalam vaginanya.., pertama.., jari itu masuk
sebatas kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih
dalam yaitu setengahnya, dia melenguh, "Oohh.., ohh.., ahh", tapi heran
aku jadinya, jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat
rupanya.., lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu.., aku yang
menyaksikan semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.


Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka
celana dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih
besar lagi ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang
itu. Lalu aku mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang
menempelkan vaginanya yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini
gerakannya maju mundur sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat
seperti itu.., dan tiba-tiba dia melenguh, "Ahh.., ahh.., ahh", rupanya
dia telah mencapai kenikmatan yang dicari-carinya.


Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas
yang tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan
pandanganku. Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak
kemerah-merahan karena digesek terus dengan ujung kursi dan meja.
Terlihat jelas vaginanya yang menggembung kecil ibarat kue apem yang
ingin rasanya kutelan, kulumat habis.., dan tanpa terasa tanganku mulai
menekan biji penisku dan kukocok penisku yang sedang dalamn posisi
"ON". Kuambil sedikit krim pembersih muka dan kuoleskan pada kepala
penisku, lalu kukocok terus, kukocok naik turun dan, "Akhh", aku
mengeluh pendek ketika air maniku muncrat ke tembok sambil mataku tetap
menatap pada vagina Melda yang masih telentang di tempat tidurnya.
Nikmat sekali rasanya onani sambil menyaksikan Melda yang masih
berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi pada lubang angin, dan rupanya
dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.


Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru
berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk
dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja
kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar
jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku. Setelah makan malam tadi di
jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal
dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan.
Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang
suara yang pelan, kalau ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku
langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang
bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Melda.., yang tadi malam telah
kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinya


Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah.
Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat
nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang
betul-betul tidur pulas.


Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku
dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai
celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku
pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su.
Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata
pintunya tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah
ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.


Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci
pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat
tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan, "Alaamaak", Melda memakai
daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya
yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku.
"Ohh.., glekk", aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku
langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku. Kulihat
wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak
sedikit menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam seks,
itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung
menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau
ceroboh seperti itu.


Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan
kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping.
Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu
pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini
membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh
awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk.
Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup
itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena
malu, tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai
menyibak celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu,
menggembung, ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.


"Huaa", aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran
vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan
jariku pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis
dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut.
Ahh, indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu,
cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika
Melda bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa
sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang
tidur pulas.


Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa
bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian
kulepas dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.


Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya
kutatap tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat
indah sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku
pada vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya
yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di
sekitar vaginanya. Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena
setiap wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan
ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada
vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku,
kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol
clitorisnya yang indah itu.


Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja
kuulur panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua
indahnya sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair.
Oh, nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet,
penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda
terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah
sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat
Melda masih tetap saja pulas tidurnya.-Akupun lebih bersemangat lagi,
sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa
memang, vagina yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah.
Rasanya seperti sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah
berontak untuk menerobos gua indah misterius yang ditumbuhi rumput
tipis milik Melda, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku
masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat
luar biasa bagi Melda.


Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam
keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang
dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas
secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,..nikmat
yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti,
walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya
dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya
yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan
baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan
seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.


Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di
vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak
tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada
clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada
vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti
mencari-cari lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan
ketika penisku dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka
dengan hati-hati namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam
vaginanya.., pelan, pelan dan, "sleepp.., slesepp", kepala penisku yang
gundul sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk
ke dalam vagina Melda yang hangat nikmat itu.


Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!, dia, Melda masih pulas
saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat,
"Ehhss.., ehh.., ss", seperti orang ngigau. Lalu kucabut lagi penisku
sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir
setengahnya, "Akhh.., ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu
Melda, betapa seretnya lubangmu sayang". Oh, gerakanku terhenti
sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang
mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya
yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu,
betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu. Oh, apapun yang
terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat
menyayangimu.


Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk
lebih jauh lagi ke dalam vaginanya, "Bleess.., blessess", "Akhh..,
akhh", sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum
pernah selama ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih
milik Melda ini.


Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak
tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan
nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika
senjataku betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat,
erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya
walaupun dirasa dalam tidurnya.


Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam
vaginanya, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan
kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas
dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang
diberikan oleh vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya
sangat menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas
senjataku dengan lembut dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar
biasa. Oh Melda, tak akan kutinggalkan kamu.


Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang
taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan
sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan
habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku
dalam-dalam. Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang
vaginanya itu kecil tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku
yang kurasa cukup besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang
tumbuh di sekitar batang penisku ini, vagina yang luar biasa.


Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis
dalam-dalam pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat
yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku. "Ohh..,
ohh", kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air
maniku di dalam vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan
segera kucabut penisku itu, takut Melda terbangun.


Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya
kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi
padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda
sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya
pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk
lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku
menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada
taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.


Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap
berangkat ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba
Melda keluar dan tersenyum padaku.

"Mau berangkat Pak?", tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.

"Kok Melda nggak sekolah?".
"Nanti Pak, Melda giliran masuk siang", akupun tersenyum dan
Meldapun lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur
ayam, perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung
berangkat ke kantor.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar