Kamis, 19 November 2009

ABG Tetangga

Minggu
sore hampir pukul empat. Setelah menonton CD porno sejak pagi penisku
tak mau diajak kompromi. Si adik kecil ini kepingin segera disarungkan
ke vagina. Masalahnya, rumah sedang kosong melompong. Istriku pulang
kampung sejak kemarin sampai dua hari mendatang, karena ada kerabat
punya hajat menikahkan anaknya. Anak tunggalku ikut ibunya. Aku mencoba
menenangkan diri dengan mandi, lalu berbaring di ranjang. Tetapi
penisku tetap tak berkurang ereksinya. Malah sekarang terasa
berdenyut-denyut bagian pucuknya.

"Wah gawat gawat nih. Nggak ada sasaran lagi. Salahku sendiri nonton CD porno seharian", gumamku.


Aku bangkit dari tiduran menuju ruang tengah. Mengambil segelas air
es lalu menghidupkan tape deck. Lumayan, tegangan agak mereda. Tetapi
ketika ada video klip musik barat agak seronok, penisku kembali
berdenyut-denyut. Nah, belingsatan sendiri jadinya. Sempat terpikir
untuk jajan saja. Tapi cepat kuurungkan. Takut kena penyakit kelamin.
Salah-salah bisa ketularan HIV yang belum ada obatnya sampai sekarang.
Kuingat-ingat kapan terakhir kali barangku terpakai untuk menyetubuhi
istriku. Ya, tiga hari lalu. Pantas kini adik kecilku uring-uringan tak
karuan. Soalnya dua hari sekali harus nancap. "Sekarang minta jatah..".
Sambil terus berusaha menenangkan diri, aku duduk-duduk di teras depan
membaca surat kabar pagi yang belum tersentuh.



Tiba-tiba pintu pagar berbunyi dibuka orang. Refleks aku mengalihkan pandangan ke arah suara. Renny anak tetangga mendekat.

"Selamat sore Om. Tante ada?"

"Sore.. Ooo Tantemu pulang kampung sampai lusa. Ada apa?"

"Wah gimana ya.."

"Silakan duduk dulu. Baru ngomong ada keperluan apa", kataku ramah.



ABG berusia sekitar lima belas tahun itu menurut. Dia duduk di kursi kosong sebelahku.

"Nah, ada perlu apa dengan Tantemu? Mungkin Om bisa bantu", tuturku sambil menelusuri badan gadis yang mulai mekar itu.

"Anu Om, Tante janji mau minjemi majalah terbaru.."

"Majalah apa sich?", tanyaku. Mataku tak lepas dari dadanya yang tampak mulai menonjol. Wah, sudah sebesar bola tenis nih.

"Apa saja. Pokoknya yang terbaru".

"Oke silakan masuk dan pilih sendiri".



Kuletakkan surat kabar dan masuk ruang dalam. Dia agak ragu-ragu mengikuti. Di ruang tengah aku berhenti.

"Cari sendiri di rak bawah televisi itu", kataku, kemudian membanting pantat di sofa.
Renny segera jongkok di depan televisi membongkar-bongkar tumpukan
majalah di situ. Pikiranku mulai usil. Kulihati dengan leluasa tubuhnya
dari belakang. Bentuknya sangat bagus untuk ABG seusianya. Pinggulnya
padat berisi. Bra-nya membayang di baju kaosnya. Kulitnya putih bersih.
Ah betapa asyiknya kalau saja bisa menikmati tubuh yang mulai
berkembang itu.



"Nggak ada Om. Ini lama semua", katanya menyentak lamunan nakalku.

"Ngg.. mungkin ada di kamar Tantemu. Cari saja di sana"
Selama ini aku tak begitu memperhatikan anak itu meski sering main
ke rumahku. Tetapi sekarang, ketika penisku uring-uringan tiba-tiba
baru kusadari anak tetanggaku itu ibarat buah mangga telah mulai
mengkal. Mataku mengikuti Renny yang tanpa sungkan-sungkan masuk ke
kamar tidurku. Setan berbisik di telingaku, "inilah kesempatan bagi
penismu agar berhenti berdenyut-denyut. Tapi dia masih kecil dan anak
tetanggaku sendiri? Persetan dengan itu semua, yang penting birahimu
terlampiaskan".


Akhirnya aku bangkit menyusul Renny. Di dalam kamar kulihat anak
itu berjongkok membongkar majalah di sudut. Pintu kututup dan kukunci
pelan-pelan.

"Sudah ketemu Ren?" tanyaku.

"Belum Om", jawabnya tanpa menoleh.

"Mau lihat CD bagus nggak?"

"CD apa Om?"

"Filmnya bagus kok. Ayo duduk di sini."



Gadis itu tanpa curiga segera berdiri dan duduk pinggir ranjang. Aku memasukkan CD ke VCD dan menghidupkan televisi kamar.

"Film apa sih Om?"

"Lihat saja. Pokoknya bagus", kataku sambil duduk di sampingnya. Dia tetap tenang-tenang tak menaruh curiga.

"Ihh..", jeritnya begitu melihat intro berisi potongan-potongan adegan orang bersetubuh.

"Bagus kan?"

"Ini kan film porno Om?!"

"Iya. Kamu suka kan?"

Dia terus ber-ih.. ih ketika adegan syur berlangsung, tetapi tak berusaha memalingkan pandangannya.



Memasuki adegan kedua aku tak tahan lagi. Aku memeluk gadis itu dari belakang.

"Kamu ingin begituan nggak?", bisikku di telinganya.

"Jangan Om", katanya tapi tak berusaha mengurai tanganku yang melingkari lehernya.

Kucium sekilas tengkuknya. Dia menggelinjang.

"Mau nggak gituan sama Om? Kamu belum pernah kan? Enak lo.."
"Tapi.. tapi.. ah jangan Om." Dia menggeliat berusaha lepas dari
belitanku. Namun aku tak peduli. Tanganku segera meremas dadanya. Dia
melenguh dan hendak memberontak.

"Tenang.. tenang.. Nggak sakit kok. Om sudah pengalaman.."


Tangan kananku menyibak roknya dan menelusupi pangkal pahanya. Saat
jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang. Tampak
birahinya sudah terangsang. Pelan-pelan badannya kurebahkan di ranjang
tetapi kakinya tetap menjuntai. Mulutku tak sabar lagi segera mencercah
pangkal pahanya yang masih dibalut celana warna hitam.


"Ohh.. ahh.. jangan Om", erangnya sambil berusaha merapatkan kedua
kakinya. Tetapi aku tak peduli. Malah celana dalamnya kemudian
kupelorotkan dan kulepas. Aku terpana melihat pemandangan itu. Pangkal
kenikmatan itu begitu mungil, berwarna merah di tengah, dan dihiasi
bulu-bulu lembut di atasnya. Klitorisnya juga mungil. Tak menunggu
lebih lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan
lidahku mengaduk-aduk liangnya yang sempit. Wah masih perawan dia.
Renny terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan.
Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku, seolah-olah meminta dikerjai
lebih dalam dan lebih keras lagi.


Oke Non. Maka lidahku pun makin dalam menggerayangi dinding
vaginanya yang mulai basah. Lima menit lebih barang kenikmatan milik
ABG itu kuhajar dengan mulutku. Kuhitung paling tidak dia dua kali
orgasme. Lalu aku merangkak naik. Kaosnya kulepas pelan-pelan. Menyusul
kemudian BH hitamnya berukuran 32. Setelah kuremas-remas buah dadanya
yang masih keras itu beberapa saat, ganti mulutku bekerja. Menjilat,
memilin, dan mencium putingnya yang kecil.



"Ahh.." keluh gadis itu. Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara yang mungkin baru sekarang dia rasakan.

"Enak kan beginian?" tanyaku sambil menatap wajahnya.

"Iii.. iya Om. Tapi.."

"Kamu pengin lebih enak lagi?"


Tanpa menunggu jawabannya aku segera mengatur posisi badannya.
Kedua kakinya kuangkat ke ranjang. Kini dia tampak telentang pasrah.
Penisku pun sudah tak sabar lagi mendarat di sasaran. Namun aku harus
hati-hati. Dia masih perawan sehingga harus sabar agar tidak kesakitan.
Mulutku kembali bermain-main di vaginanya. Setelah kebasahannya
kuanggap cukup, penisku yang telah tegak kutempelkan ke bibir
vaginanya. Beberapa saat kugesek-gesekkan sampai Renny makin
terangsang. Kemudian kucoba masuk perlahan-lahan ke celah yang masih
sempit itu. Sedikit demi sedikit kumaju-mundurkan sehingga makin
melesak ke dalam. Butuh waktu lima menit lebih agar kepala penisku
masuk seluruhnya. Nah istirahat sebentar karena dia tampak menahan
nyeri.



"Kalau sakit bilang ya", kataku sambil mencium bibirnya sekilas.
Dia mengerang. Kurang sedikit lagi aku akan menjebol perawannya.
Genjotan kutingkatkan meski tetap kuusahakan pelan dan lembut. Nah ada
kemajuan. Leher penisku mulai masuk.

"Auw.. sakit Om.." Renny menjerit tertahan.
Aku berhenti sejenak menunggu liang vaginanya terbiasa menerima
penisku yang berukuran sedang. Satu menit kemudian aku maju lagi.
Begitu seterusnya. Selangkah demi selangkah aku maju. Sampai akhirnya..
"Ouu..", dia menjerit lagi. Aku merasa penisku menembus sesuatu. Wah
aku telah memerawani dia. Kulihat ada sepercik darah membasahi sprei.



Aku meremas-remas payudaranya dan menciumi bibirnya untuk menenangkan. Setelah agak tenang aku mulai menggenjot anak itu.
"Ahh.. ohh.. asshh..", dia mengerang dan melenguh ketika aku mulai
turun naik di atas tubuhnya. Genjotan kutingkatkan dan erangannya pun
makin keras. Mendengar itu aku makin bernafsu menyetubuhi gadis itu.
Berkali-kali dia orgasme. Tandanya adalah ketika kakinya dijepitkan ke
pinggangku dan mulutnya menggigit lengan atau pundakku.



"Nggak sakit lagi kan? Sekarang terasa enak kan?"

"Ouu enak sekali Om.."
Sebenarnya aku ingin mempraktekkan berbagai posisi senggama. Tapi
kupikir untuk kali pertama tak perlu macam-macam dulu. Terpenting dia
mulai bisa menikmati. Lain kali kan itu masih bisa dilakukan.


Sekitar satu jam aku menggoyang tubuhnya habis-habisan sebelum
spermaku muncrat membasahi perut dan payudaranya. Betapa nikmatnya
menyetubuhi perawan. Sungguh-sungguh beruntung aku ini.

"Gimana? Betul enak seperti kata Om kan?" tanyaku sambil memeluk tubuhnya yang lunglai setelah sama-sama mencapai klimaks.

"Tapi takut Om.."

"Nggak usah takut. Takut apa sih?"

"Hamil"

Aku ketawa. "Kan sperma Om nyemprot di luar vaginamu. Nggak mungkin hamil dong"

Kuelus-elus rambutnya dan kuciumi wajahnya. Aku tersenyum puas bisa meredakan adik kecilku.



"Kalau pengin enak lagi bilang Om ya? Nanti kita belajar berbagai gaya lewat CD".

"Kalau ketahuan Tante gimana?"

"Ya jangan sampai ketahuan dong"
Beberapa saat kemudian birahiku bangkit lagi. Kali ini Renny
kugenjot dalam posisi menungging. Dia sudah tak menjerit kesakitan
lagi. Penisku leluasa keluar masuk diiringi erangan, lenguhan, dan
jeritannya. Betapa nikmatnya memerawani ABG tetangga.



TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar